PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIS DAN
OLIGOPOLI
Teori pasar persaingan monopoloitis (monopolistis competiton) di
kembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan
sempurna maupun monopoli. Ekonomi yang pertama kali mengajukan ketidakpuasan
terhadap dua model diatas adalah Peirro Sraffa (Universitas Cambridge),
kemudian diikuti oleh Hotelling dan Zeothen. Pada akhir dasawarsa 1920-an dan
awal dasawarsa 1930-an, model persaingan monopolistic dikembangkan secara
intensif terutama oleh Joan Robinson (ekonom Inggris) dan Edward Chamberlain (ekonom Amerika Serikat).
Struktur pasar persaingan monopolistis hampir sama dengan persaingan
sempurna. Di dalam indutri terdapat banyak perusahaan yang bebas keluar-masuk.
Namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan terdefensasi . namun
perbadaan barang antara satu produk dengan produk yang lain tidak terlalu
besar. Walaupun demikian output yang dihasilkan sangat mungkin saling menjadi subtitusi. Perusahaan memiliki
monopoli yang relatif terbatas.
Karakteristik Pasar Persaingan
Monopolistis
Tiga asumsi dasar persaingan monopolistis adalah :
·
Produk yang terdeferensi
(differentiated product)
·
Jumlah perusahaan banyak dalam
industry (large number of firms)
·
Bebas masuk dan keluar pasar
(free entry and exit)
a.
Produk yang Terdeferensiasi
(Differentiated Product)
Yang dimaksud dengan produk terdiferensiasi adalah produk dapat
dibedakan oleh konsumen dengan melihat siapa produsennya. Jika dalam pasar
persaingan sempurna konsumen membeli barang tanpa perlu membedakan siapa
produsen, dalam persaingan monopolistis yang menjadi pertimbangan adalah siapa
produsennya. Barang-barang tersebut dapat diperbedakan oleh kualitas barangnya,
model, bentuk,warna bahkan oleh kemasan, merek, dan pelayanannya.
Kurva permintaan perusahaan dalam
pasar persaingan monopolistis
b.
Jumlah Produsen Banyak Dalam industry ( Large Number Of Firms )
Jumlah perusahaan (produsen ) dalam pasar persaingan monopolistis
banyak. Di Indonesia dapat dilihat dari begitu banyaknya merek pakaian dan
sepatu. Banyaknya perusahaan menyebabakan keputusan perusahaan tentang harga
dan output tidak perlu harus memperhitungkan reaksi perusahaan lain dalam
industri (independence decision of price and output), karena setiap perusahaan
menghadapi kurva perrmintaanya masing-masing.
c.
Bebas Masuk dan Keluar ( Free Entry and Exit )
Laba super normal yang
dinikmati perusahaan (existing firm) mengundang perusahaan pendatang untuk
memasuki industri. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka panjang dapat
mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi jika kalah mereka harus keluar, agar
kerugian tidak menjadi lebih besar. Sama halnya dalam pasar persaingan
sempurna, dalam pasar persaingan monopolistis proses keluar masuk akan terhenti
bila semua perusahaan hanya memperoleh laba normal.
2. Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek
Perusahaan mencapai keseimbangan dalam jangka pendek dan panjang.
Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba supernormal. Dalam jangka
panjang perusahaan hanya menikmati laba normal.
Keseimbangan jangka pendek perusahaan tercapai bila MR=MC. Karena
memiliki daya monopoli, walau terbatas, kondisi keseimbangan perusahaan yang
bergerak dalam pasar persaingan monopolistic sama dengan perusahaan yang
bergerak dalam pasar monopoli.
Keseimbangan
jangka pendek perusahaandalam pasar persaingan monopolistik
Diagram diatas menunjukkan perusahaan mencapai laba maksimum pada
saat MR = MC di tititk E. sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jual
lebih besar dari biaya marjinal (P> MC). Tetapi kemampuan eksloitasi laba
relative terbatas, karena kurva permintaan yang dihadapi sangat landai. Laba
super normal yang dinikmati perusahaan sebesar luas segi empat APBC, dimana
harga adalah P jumlah output yang diproduksi Q.
Pasar Persaingan
Monopolistik Dan Efisiensi Ekonomi
Laba super normal yang
dinikmati perusahaan mengundang perusahaan pendatang memasuki industi. Masuknya
pendatang memberikan dua kemungkinan terhadap perusahaan lama. Yang pertama,
pelanggan makin setia, secara grafik terlihat dari kurva permintaan jangka
panjang lebih curam dari jangka pendek. Atau pelanggan makin bersifat memilih,
di mana permintaan jangka panjang menjadi lebih landai dibandingkan jangka
pendek. Bagamanapun pengaruhnya, perusahaan hanya akan dapat pertahan dalam
jangka panjang jika mampu menikmati laba normal, pada saat harga jual sama
dengan biaya rata-rata (P = AC). Keseimbangan tersebut terjadi dititik A atau
di titik B.
Keseimbangan
jangka panjang Perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik
(a)
Dalam jangka
panjang pelanggan makin setia
(b) Dalam
jangka panjang pelanggan makin memilih
Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka
Panjang
Dibandingkan dengan pasar monopoli, persaingan monopolistic lebih
baik dilihat dari lebih kecilnya total kesejahteraan yang hilang (dead weight loss). Namun tetap kurang
efisien disbanding pasar persaingan sempurna. Ada dua penyebab mengapa pasar
persaingan monopolistic tidak dapat efisien dibanding pasar perasiangan
sempurna.
a. Harga Jual
Masih Lebih Besar Dari Biaya Marjinal (P > MC)
Karena memiliki daya monopoli,
perusahaan dalam pasar persaingan monopolistic mampu membebankan harga jual
yang lebih tinggi dari biaya marjinal (P > MC). Namun demikian karena kurva
permintaan yang dihadapi sangat elastic, maka selisih harga dan biaya marjinal
tidak sebesar dalam pasar monopolis.
b. kapasitas
Berlebih (Excess Capacity)
telah dinyatakan, karena sangat
mudahnya perusahaan untuk keluar dan masuk, dalam jangka panjang perusahaan
yang beroperasi dalam pasar persaingan monopolistic hanya menikmati laba
normal. Keadaan tersabut dapat kita liat dalam gambar berikut ini.
Masalah
kapasitas berlebihan (excess capacity) pada perusahaan pasar persaingan
monolistik
Pada saat berada dalam
keseimbangan jangka panjang (titik A), perusahaan sebenarnya tidak berproduksi
pada tingkat yang paling efisien, sebab titik A bukan titik terendah pada kurva
biaya rata-rata (AC). Jika perusahaan ingin memproduksi pada AC yang paling
rendah, output karus ditambah sampai jumlah Qb. Tetapi jika output melebihi Qa
(output keseimbangan), penambahan output hanya menurunkan laba (bahkan merugi)
karena penerimaan marjinal lebih kecil dari biaya marjinal (MR<MC). Dapat
disimpulkan, dalam jangka panjang perusahaan yang bergerak dalam pasar
persaingan monopolistic akan mengalami kelebihan kapasitas produksi ( excess
capacity ).
Pengaturan
Pasar Persaingan Monopolistik
Ketidak efisienan yang dihasilkan perusahaan yang berpotensi dalam
pasar persaingan monopolistic menimbulkan pertanyaan, apakah perlu pengaturan ?
jawabannya adalah tidak! Hal ini berlandaskan tiga argument :
Ø
daya monopoli yang relative
kecil menyebabkan kesejahteraan yang hilang (dead weight loss) relative kecil.
Ø
Permintaan yang sangat elastic
menyebabkan kelebihan kapasitas produksi relative kecil.
Ø
Ketidakefisienan yang
dihasilkan perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan monopolistic
diimbangi dengan kenikmatan konsumen karena beragamnya produk, peningkatan
kualitas, dan meningkatnya kebebasan kosumen dalam memilih output.
PASAR
OLIGOPOLI
Struktur pasar atau industry oligopoly adalah pasar (industry) yang
terdiri dari hanya sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki
kekuatan (cukup) besar untuk memengaruhi harga pasar. Produk dapat homongen
atau terdiferensiasi.
Para ekonom pada umumnya hanya berbicara tentang empat bentuk pasar
utama: pasar persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistic dan
oligopoly. Dalam semua bentuk pasar itu para penjual memperhatikan respon
pembeli, tetapi dalam oligopoly para penjual juga memperhatikan respon
lawan-lawannya. Didalam ketiga pasar yang disebut terdahulu, kurva-kurva
permintaannya diturunkan dari data tentang konsumen. Tapi didalam oligopoly hal
itu belum cukup. Seorang oligopolies memperkirakan permintaan juga tergantung
pada reaksi apa yang akan dilakukan lawan-lawannya terhadap perubahan harga
yang diambil. Ini memang sulit diramalkan, tetapi penting bagi kita untuk bisa
membuat kurva permintaan.
Karakteristik
Pasar Oligopoli
Dari depinisi
sebelumnya kita dapat melihat beberapa
unsure penting (karakter) pasar oligopoly.
·
Hanya sedikit perusahaan dalam
industry (few number firms)
·
Produknya homogen atau
terdiferensiasi ( homogen or
differentiated product)
·
Pengambilan keputusan yang
saling mempengaruhi ( interdependence decisions)
·
Kompetisi nonharga ( non
pricing competition )
a. Hanya Sedikit
Perusahaan Dalam Industri
secara teoritis sulit sekali
untuk menetapkan jumlah perusahaan didalam pasar, agar dapat dikatakan
oligopoly. Namun untuk dasar analisis, biasanya jumlah perusahaan diasumsikan
kurang dari sepuluh. Dalam kasus tertentu hanya terdapat dua perusahaan
(duopoly). Kekuatan perusahaan-perusahaan dalam industry dapat diukur dengan
menghitung rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi menghitung beberapa persen
output dalam pasar oligopoly dikuasai oleh perusahaan-perusahaan yang dominan
(4 sampai dengan 8 perusahaan). Jika rasiokonsentrasi empat perusahaan (four
firms concentration ratio atau CR4) adalah 60%, berarti 60% output dalam
industry dikuasai oleh empat perusahaan terbesar. CR4 yang semakin kecil
mencerminkan struktur pasar yang semakin bersaing sempurna. Pasar suatu
industry dinyatakan berstruktur oligopolistic apabila CR4 melebihi 40%. Kita
juga bisa mengukur derajad konsentrasi 8 perusahaan (CR8) atau jumlah lainnya.
Jika CR8 80%, berarti 80% penjualan output dalam industry dikuasai oleh delapan
perusahaan terbesar.
CR4 Sektor Industri Indonesia, Tahun 1985,1990 dan
1993
No.
|
Kelompok Industri
|
1986
|
1990
|
1993
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Industry makanan, minuman dan
tembakau
Industry tekstil, pakaian jadi
dan kulit
Industry kayu dan barang-barang
dari kayu
Industry kertas, barang-barang
dari kertas, percetakan dan penerbitan
Industry kimia dan barang-barang
dari bahan kimia, minyak bumi dan batu bara, karet, plastik
Industry barang-barang galian
bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
Industry logam dasar
Industry barang dari logam,
mesin dan peralatannya
Industry pengolahan lainnya
|
58
26
17
47
47
62
66
53
69
|
61
22
17
63
44
54
57
54
55
|
67
26
17
56
47
55
55
60
69
|
Rata-rata Tertimbang Sektor Industri
|
49
|
47
|
50
|
b. Produk Homogen Atau Terdiferensiasi
Di lihat dari sipat output yang dihasilkan, pasar oligopoly
merupakan peralihan antara persaingan
sempurna dengan monopoli. Perbedaan sifat output yang dihasilkan akan
memengaruhi perilaku perusahaandalam upaya mencapai kondisi optimal (laba
maksimum). Jika dalam pasar persaingan sempurna perusahaan mengatur jumlah
output (output strategy) untuk mengatur tingkat laba, dalam pasar monopoli
hanya satu perusahaan yang mampu mengendalikan harga dan output, maka dalam
pasar oligopoly bentuk persaingan antar perusahaan adalah persaingan harga
(pricing strategi) dan non harga (non pricing strategy). Contoh pasar oligopoly
yang menghasilkan produk diferensiasi adalah industry mobil, rokok, film
kamera. Sedangkan yang menghasilkan produk homogen adalah industry baja, pipa
pelaron, seng, dan kertas.
Semakin besar tingkat
diferensiasinya, perusahaan makin tidak tergantung pada kegiatan
perusahaan-perusahaan lainnya. Berarti oligopoly dengan produk diferensiasinya
dapat lebih mudah memprediksi reaksi-reaksi dari perusahaan-perusahaan lawan.
Di luar unsur modal, rintangan
untuk masuk ke dalam industri oligopoli yang menghasilkan produk homogen lebih
sedikit, karena pada industri oligopoli dengan produk diferensiasi sangat
berkaitan dengan loyalitas konsumen terhadap produk (merek) tertentu.
c. Pengambilan Keputusan Yang Saling Memengaruhi
keputusan perusahaan dalam
menentukan harga dan jumlah output akan memengaruhi perusahaan lainnya, baik
yang sudah ada (existing firms) maupun yang masih diluar industri (potential
firms). Karenanya guna menahan perusahaan potensial untuk masuk industri,
perusahaan yang sudah ada menumpuh strategi menetapkan harga jual terbatas
(limiting prices), yang membuat perusahaan menikmati laba super normal dibawah
tingkat maksimum.
d. Kompetisi Non Harga
dalam upayanya mencapai kondisi optimal, perusahaan tidak hanya
bersaing dalam harga, namun juga non harga. Bentuk-bentuk kopetisi non harga
antara lain adalah pelayanan purna jual serta iklan untuk member informasi,
membentuk citra yang baik terhadap perusahaan dan merek, serta memengaruhi
perilaku konsumen. Keputusan investasi yang akurat diperlukan agar perusahaan
dapat berjalan dengan tingkat efisiensi yang sangat tinggi. Tidak tertutup
kemungkinan perusahaan melakukan kegiatan intelejen industri untuk memperoleh
informasi keadaan, kekuatan dan kelemahan pesaing nyata maupun potensial.
Informasi ini sangat penting agar perusahaan dapat memprediksi reaksi pesaing
terhadap setiep keputusan yang diambil.
Faktor-Faktor
Penyebab Terbentuknya Pasar Oligopoli
Ada dua factor penyebab
terbentuknya pasar oligopoli
a. Efisiensi Skala Besar
dalam dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
industri mobil, semen, kertas, pupuk dan peralatan mesin, umumnya berstruktur
oligopoli. Teknologi padat modal yang dibutuhkan dalam proses produksi
menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata maksimum) baru tercapai bila output
diproduksi dalam skala sangat besar. Dalam industri mobil, untuk satu jenis
mobil, skala efisiensi memproduksi tiga jenis saja,output minimal seluruhnya
200.000-300.000 unitper tahun. Selanjutnya biaya produksi per mobil puluhan juta
rupiah, dana yang dibutuhkan untuk beroperasi ratusan miliar rupiah per tahun.
Jika dihitung dengan biaya investasi awal, maka perusahaan ingin memasuki industri mobil yang harus
menyiapkan dana triliunan rupiah.
Keadaan diatas
merupakan hambatan untuk masuk bagi perusahaan-perusahaan pesaing. Tidak
mengherankan jika dalam pasar oligopoli hanya terdapat sedikit produsen.
b. kompleksitas manajemen
berbedah dengan tiga struktur
pasar lain ( persaingan sempurna, monopoli, dan persaingan monopolistik), struktur
pasar oligopoli ditandai dengan kopetisi harga dan non harga. Perusahaan juga
harus cermat memperhitungkan setiap keputusan agar tidak menimbukkan reaksi
yang merugikan dari perusahaan pesaing. Karena itu dalam industri oligopoli, kemampuan keuangan
yang besar saja tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam industri.
Perusahaan juga harus memiliki kemampuan manajemen yang sangat baik agar mampu
bertahan dalam struktur industri yang persaingannya begitu kompleks. Tidak
banyak perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga dalam pasar
oligopoli akhirnya hanya terdapat sedikit produsen.
Keseimbangan
oligopolis
Perusahaan yang bergerak dipasar
oligopoli disebut oligopolis (oligopolist). Perusahaan seimbang atau tidak
bukan saja dilihat dari kemampuan mengatur output dan harga, tetapi juga
kemampuan memprediksi perilaku pesaing. Karena itu oligopolis akan mencapai
kesaimbangan jika perusahaan dapat melakukan apa yang dapt dilakukan dan tidak
mempunyai alasan lagi untuk mengubah jumlah output dan harga. Demikian juga
dengan para pesaing. Dalam bab ini, hanya akan membahas model permintaan patah
dan model kepemimpinan harga
a. model permintaan yang patah (kinked demand model)
model ini dikembangkan oleh
P.M.SWEEZY (1939). Dua pemikiran penting yang dilontarkan Sweezy adalah harga
dalam pasar oligopoli bersipat kaku (inflexible) dan oligopolis mengambil keputusan
berdasarkan sikap (scenario) pesimis (pessimistic way). Pengaruh cirri yang
menonjol dalam motif pasar yang bersifat oligopolistic adalah adanya ketegaran
harga (price rigidity).
Konsekuensi dari pemikiran
tersebut adalah perusahaan yang menghadapi dau scenario permintaan. Skenario
pertama, sabut saja D1 adalah permintaan dengan asumsi pesaing tidak
bereaksi terhadap strategi perusahaan. Permintaan ini sangat elastis. Permitaan
kedua, D2 adalah jika pesaing bereaksi terhadap strategi perusahaan.
Permintaan ini inelastic seperti gambar berikut ini.
Kurva
Permintaan Perusahaan Oligopolis
Kurva permintaan yang relevan
bagi perusahaan adalah ABD2 (garis tidak putus-putus). Sampai batas
harga P1, kurva permintaan yang relevan adalah AB, karena jika
perusahaan menetapkan harga diatas P1, persaing tidak bereaksi.
Akibatnya bila oligopolis menetapkan kenaikan harga, misalnya 10% (P3),
ia akan kehilangan permintaan lebih besar dari 10% (Q1àQ3).
Hal ini karena para oligopolis lainnya tidak ikut menaikan harga.
Sebaliknya jika oligopolis menetapkan harga dibawah P1, misalnya P2,
pesaing bereaksi. Kurva permintaan yang relevan adalah BD2. Bila
oligopolis menurunkan harga sebesar 10%, tambahan permintaan yang diperboleh
lebih sedikit dari 10%, karena perusahaan-perusahaan lainnya ikut menurunkan
harga (bereaksi). Mereka tidak mau konsumennya berpindah keperusahaan yang tadi
menurunkan harga. Kurva permintaan marjinal (MR) yang relevan bagi perusahaan
adalah ACDE. Harga kesaimbangan pasar adalah P1.
Keseimbangan
oligopolis
Oligopolis berada dalam keseimbangan pada saat MR = MC (titik D) dengan
jumlah output Q1. Tetapi peruhan struktur biaya (berubanya MC) tidak
otomatis dipengaruhi harga jual, sebab dapat menimbulkan reaksi pesaing. Jika
MC bergeser di antara MC1 dan MC2 harga tidak beruba.
Oligopolis juga tidak akan mengubah outputnya, sebab sangat merugikan. Misalnya
output dinaikan ke Q2, pesaing akan bereaksi karena kurva MR yang
relevan adalah ACDE. Akibatnya laba menurun karena MR < MC. Jika oligopolis
mengurangi output ke Q3 (harga lebih tinggi dari P1),
pesaing tidak bereaksi, sehingga hal ini merugikan, sebab pada produksinya Q3,MR
> MC, dan laba yang diperoleh berkurang.
b. model kepemimpinan harga ( price leadership model )
dalam model ini perusahaan yang dominan mengambil inisiatif dalam
penentuan harga. Tujuannya adalah untuk meningkatkan laba dengan membentuk
kolusi secara implisit. Dikatakan kolusi karena perusahaan dominan terhadap
perusahaan lain mengikuti langkah tersebut. Dikatakan implisit karena kolusi
tidak berdasarkan perjanjian formal. Produsen dominan memberikan sinyal harga,
misalnya dengan menggunakan media massa (konferensi pers). Produsen dominan
memiliki posisi penentu harga,
perusahaan yang lain sebagai penerimah harga (price taker). Kurva menggambarkan
secara grafik. Di Indonesia,semen tiga roda (inducement), dan felm fuji adalah
contoh price leader dalam pasar yang oligopolistik.
Kurva
Permintaan Perusahaan Oligopolis
Permintaan pasar adalah Dm yang merupakan permintaan total yang
dihadapi setiap perusahaan dalam pasar. Pada saat P1, perusahaan
domonan tidak berproduksi. Bila harga dibawah P2, permintaan
perusahaan dominan identik dengan permintaan industri, karena permintaan
terhadap perusahaan lain sudah tidak ada (nol). Struktur penawaran industri
digambarkan kurva Sm yang merupakan penjumlahan biaya marjinal seluruh
perusahaan dalam industri. Sedangkan permintaan perusahaan dominan adalah Dd
dengan struktur penawaran Sd. Untuk mencapai laba maksimum perusahaan dominan
menyamahkan MR dan MC, sehingga menjual sehrga Pd dengan output sejumlah Qd.
c. price leadership dan kinked demand curve
dalam pembicaraan mengenai oligopoli dijelaskan tentang teori kurva
permintaan yang patah dari reaksi lawan. Hal itu didasarkan pada asumsi bahwa
perusahaan-perusahaan lawan akan mempunyai kecenderungan untuk mengikuti
penurunan harga dari perusahaan yang oligopolistik, tapi tidak akan mengikuti
bila harga dinaikkan. Sedangkan price leadership merupakan keadaan dimana
perusahaan-perusahaan akan mengikuti kepemimpinannya, baik untuk harga naik
atau turun.dengan demikian teori kinked demand curve tidaklah relevan dengan
price leadership. Kinked demand curve hanya berlaku bagi penurunan harga.
Apabila harga naik perusahaan-perusahaan lain juga akan mengikuti permintaan
dan dengan demikian teori kinked demand curve tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar