Powered By Blogger

Rabu, 13 Februari 2013

pemeriksa piutang usaha


A.SIFAT DAN CONTOH PIUTANG
Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.
§  Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.
§  Piutang lain-lain adalah  piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan.
Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain:

o   Piutang usaha
o   Wesel tagih
o   Piutang pegawai
o   Piutang bunga
o   Uang muka
o   Uang jaminan (Refundable deposit)
o   Piutang lain-lain
o   Allowancce for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda.
Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.

B.TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG

1.      Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah:
a.       Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
b.      Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery order (surat pengiriman barang), credit memo, official receipt (kwitansi).
c.       Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari  price list atau setiap discount yang diberikan pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
d.      Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate (dimutakhirkan).
e.       Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang).
2.      Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentika) dari pada piutang.
3.      Untuk memeriksa collectability (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).
4.      Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable).
5.      Utuk memeriksa apakah penyajian piutang dineraca sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK ETAP.

Menurut SAK ETAP (lAl,2009:124,129):
Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian yang tak dapat ditagih. Penurunan nilai  ditentukan dengan memperhatikan antara lain  pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai.
Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat aset, maka estimasi harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, tergantung dengan pembatasan yang dijelaskan dalam paragraph berikut. Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai.



C.PROSEDUR PEMERIKSAAN (AUDIT PROCEDURES) PIUTANG USAHA YANG DISARANKAN
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang per tanggal neraca.
3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collectionsnya.
Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang muka dan lain-lain, per tanggal neraca.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
   a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi.
   b. Tentukan apakah  akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
   c. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun disurat konfirmasi.
   d.Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya.
   e. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
7. Pemeriksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
10. Test sales cut-of  dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang jual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tau alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang dineraca dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
13. Tarik keimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar